Kontroversi Sinetron Azab – Tayangan televisi memang selalu pasang surut. Selera penonton juga suka berubah-ubah. Ada yang demam telenovela, drama Korea, opera sabun, reality show, Film Televisi (FTV) remaja, hingga akhir-akhir ini tayangan soal azab jadi viral. Bis dibilang hampir semua stasiun televisi memproduksi sinema sinetron yang bertemakan azab dengan menyerap unsur-unsur religi di dalamnya. Namun sangat disayangkan semakin lama, tayangan sinetron bertema azab itu jadi semakin tidak masuk akal.
Entah sudah kehabisan ide atau memang mengikuti minat penonton, judul dan jalan ceritanya makin terkesan ‘ngawur’. Yang paling viral judul tayangan di salah satu episode acara Dzolim yaitu ‘Juragan Tahu Bulat, Mati Tergoreng Dadakan, Dikubur Anget-Anget’. Baca judulnya aja sudah berhasil membuat geleng-geleng kepala. https://www.transaction-2007.com/
Kilat menyambar-menyambar diiringi musik latar yang mencekam dan penampakan sebuah rumah yang dilengkapi bendera kuning tanda si pemilik rumah sedang berkabung. Di dalam rumah, perempuan duduk berkerudung putih, melepaskan tubuh manusia terbujur kaku yang menutup kain putih dan batik. joker123 terbaru
Ini adalah penggambaran acara pembuka sinetron ‘Penghina Pengemis Mulutnya Terinfeksi dan Jenazahnya Terbungkus Karung Goni’. Judul itu merupakan salah satu program episode sinetron Azab yang tayang di stasiun televisi Indosiar setiap hari pukul 17.00 WIB dan 18.30 WIB.
Episode yang tayang pada 15 Juli 2018 itu lantas mendapat tulisan tertulis dari Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) dalam Program Perlindungan Siaran (P3 dan SPS) KPI Tahun 2012. Menurut analisis KPI, potensi yang ada pada program yang disiarkan tersebut hanya menampilkan mayat seorang pria dengan wajah hitam dan mayat seorang pria dengan bibir terbuka dan penuh luka. “KPI Pusat menilai hal ini sebagaimana disetujui oleh Pasal 15 Ayat (1) dan Pasal 30 Ayat (1) huruf d SPS KPI Tahun 2012 tentang perlindungan anak-anak dan remaja serta larangan yang meliputi masalah kesehatan,” tulis KPI di laman resminya.
Peringatan tertulis tersebut, menurut KPI, merupakan bagian dari pengawasan KPI Pusat terhadap peraturan peraturan P3 dan SPS oleh lembaga penyiaran. Ini sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran (UU Penyiaran).
Aduan yang diterima KPI utamanya memprotes adegan-adegan perlakuan pada jenazah. “Jenazah yang jatuh, terlempar, hangus”. Karena ini persoalan jenazah, yaitu pendekatan pasal supranatural, ternyata tidak ditemukan pelanggaran. Tidak ada mayat yang bangkit dari kubur, mayat yang dikerubuti hewan-hewan, mayat tidak lengkap dan sebagainya, akhirnya pakai norma agama.
Modal Azab sudah dipupuk sejak dini, bahkan saat MKF belum terpikir menbuat FTV ini. Indosiar adalah TV yang setengah harinya diisi dengan program FTV. Penonton mereka loyal sejak pagi. Mereka pun akan terus setia menonton FTV yang dramanya sesuai dengan kepuasan hati mereka, bahkan sampai tengah malam sekalipun.
Modal ini inilah yang menjadikan Azab bisa merebut pasar azab-azaban lain yang sebelumnya dipegang JWB antv dan sinetron sejenis di TV yang dahulu kadung lekat dengan sinetron Indianya. MNCTV yang pasar India dan dangdutnya direnggut pun tak mampu mendapat efek turunan Azab. Kuasa Ilahi (2018) dan dilanjutkan dengan Dzolim (2018) yang tayang perdana kurang lebih sebulan kemudian tak mampu menarik minat penonton setara Azab.
Penyebabnya, MNCTV tidak punya modal penonton sekuat Indosiar akibat segmentasi penonton yang masih abu-abu. Percayalah, program televisi yang ikut-ikutan pun sebagian besar berakhir gagal; sebuah fenomena jamak di pertelevisian kita.
Menguatkan mitos dalam masyarakat, bahwa agama itu menghukum, Tuhan yang punya dua muka, baik hati dan kejam, agama yang menghukum pada yang jahat dan baik pada orang yang baik. Ini memperlihatkan perspektif hitam putih. Bahwa itulah cara pandang kita (masyarakat) pada orang lain. Kalau orang dipandang jahat akan jahat terus, baik akan baik terus. Sementara itu, di media sosial, banyak warganet yang menjadikan judul-judul sinetron ini bahan lawakan dan mengarang-ngarang sendiri judul yang dikira lucu.
Mitos bisa menjadi kuat karena budaya populer, dan format budaya populer itu sendiri merupakan lelucon. Banyak masyarakat membuat cerita azab ini sebagai lelucon keseharian, tapi saat itulah, sebetulnya dalam bawah sadar sosial, sehingga meneguhkan mitologi tradisional itu bahwa agama itu azab, surga neraka.
Tindakan KPI yang menegur stasiun TV sudah baik, namun fenomena tayangan sinetron bertema azab banyak penggemar di masyarakat. Kita bisa melihat melalui cermin dari kinerja perusahaan yang positif dengan adanya sinetron bertema azab. PT Surya Citra Media Tbk (SCMA) bisa menjadi contoh, ini masuk dalam yang memproduksinya. Sinetron program Azab ini menurut hasil riset NH Korindo Sekuritas turut serta mendorong pertumbuhan kinerja perseroan.
Pada survei AC Niesen 2015 mencatat, sampai dengan September, program serial masih populer. Program serial masih digemari karena meski jam tayang hanya 10 persen dari total waktu siaran televisi, tapi penonton di 11 kota di Indonesia menghabiskan 20 persen waktu menontonnya untuk program azab. Apalagi penayangannya waktu prime time yang memiliki potensi jumlah penonton tertinggi yaitu pada pukul 18.00-21.59 WIB.
Salah satu tayangan yang sering muncul sebagai akhir sinetron adalah adegan kematian dan proses penguburan yang penuh keanehan dan mengerikan yang dianggap sebagai azab para orang jahat sebagai balasan dari perilaku selama hidup. Proses kematian dan penguburan seringkali ditayangkan secara rinci, dengan teknik pengambilan gambar dari dekat atau close up.
“Yang perlu dicatat, kematian yang mengerikan tersebut dibingkai dalam sebuah alur cerita: bahwa kengerian itu adalah azab dari Tuhan,” kata Muzayin.
Sedangkan menurut Maimon Herawati, Dosen Fakultas Komunikasi di Universitas Padjadjaran, Bandung, menilai judul-judul sinetron bertema murka atau azab Tuhan terbilang bombastis. Judul sinetron mirip koran kuning yang hanya menjual judul sebagai clickbait atau bentuk usaha untuk meraup rating tinggi yang berujung pada pendapatan iklan tinggi bagi stasiun televisi.
Tayangan ini tidak mengajak mikir yang berat. Padahal, menurutnya, pesan-pesan akan murka Tuhan kepada manusia di bumi, bisa disampaikan dengan cara yang lebih elegan, logis dan mendidik, termasuk pada anak-anak. Visualisasi mengenai kematian yang berlebihan, turut memberikan pengaruh tidak baik untuk anak-anak. Para psikolog menyarankan ini untuk tidak ditonton oleh anak-anak. Penjelasan harus diberikan kepada anak, karena tayangan seperti ini bisa menimbulkan ketakutan.
Kalau diklasifikasikan, para penonton sinetron azab terdiri dari masyarakat dari kelas menengah ke bawah. Penulisan skenario juga mempertimbangkan hal tersebut. Bahkan menurut riset yang dilakukan, 95% sinetron religi azab menggunakan latar cerita dari kalangan menengah ke bawah. Dari 194 sinetron azab yang ada, kebanyakan yang terkena azab dari kaum laki-laki dan kelas menengah kebawah.
Melalui akun Instagram @mkf_official/Mega Kreasi Film selaku produksi dari ftv yang tayang setiap hari ini pamit mengundurkan diri dari layar televisi Indonesia. Azab memang dalam beberapa hari terakhir ini jarang tayang di Indosiar, siapa sangka program yang cukup populer hingga mendapatkan penghargaan Piala Panasonic Gobel Awards 2018 kategori Sinetron NonSerial Terfavorit ini harus tamat.